Selasa, 13 Januari 2015

Etnosentris

Etnosentris

Etnosentris adalah suatu sikap yang cenderung bersifat subyektif dalam memandang budaya orang lain. Mereka akan selalu memandang budaya orang lain dari kacamata budayanya. Hal ini terjadi karena nilai-nilai yang telah tersosialisasi sejak kecil sudah menjadi nilai yang mendarah daging (internalized value) dan sangatlah susah untuk berubah dan cenderung dipertahankan bila nilai itu sangat menguntungkan bagi dirinya. Terdapat 2 jenis etnosentris yaitu:

1. etnosentris infleksibel yakni suatu sikap yang cenderung bersifat subyektif dalam memandang budaya atau tingkah laku orang lain.
2. Etnosentris fleksibel yakni suatu sikap yang cenderung menilai tingkah laku orang lain tidak hanya berdasarkan sudut pandang budaya sendiri tetapi juga sudut pandang budaya lain.

Tidak selamanya primordial merupakan tindakan salah. Akan tetapi bisa saja dinilai sebagai sesuatu yang mesti dipertahankan. Dalam sudut pandang ajaran (ritual) misalnya. Perilaku primordialisne merupakan unsur terpenting, saat memberlakukan ajaran intinya.

Etnosentris di Indonesia

Salah satu contoh etnosentrisme di Indonesia adalah perilaku carok dalam masyarakat Madura. Menurut Latief Wiyata, carok adalah tindakan atau upaya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang laki-laki apabila harga dirinya merasa terusik. Secara sepintas, konsep carok dianggap sebagai perilaku yang brutal dan tidak masuk akal. Hal itu terjadi apabila konsep carok dinilai dengan pandangan kebudayaan kelompok masyarakat lain yang beranggapan bahwa menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan dianggap tidak masuk akal dan tidak manusiawi.

Namun, bagi masyarakat Madura, harga diri merupakan konsep yang sakral dan harus selalu dijunjung tinggi dalam masyarakat. Oleh karena itu, terjadi perbedaan penafsiran mengenai masalah carok antara masyarakat Madura dan kelompok masyarakat lainnya karena tidak adanya pemahaman atas konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok tersebut dalam masyarakat Madura. Contoh etnosentrisme dalam menilai secara negatif konteks sosial budaya terjadinya perilaku carok dalam masyarakat Madura tersebut telah banyak ditentang oleh para ahli ilmu sosial. 

Budaya budaya di Indonesia menurut penulis pribadi sangatlah menakjubkan, bayangkan saja di satu provinsi bisa terdapat ratusan bahasa dan budaya, apalagi dengan banyaknya jumlah provinsi di Indonesia. Seharusnya ini tidak menjadi perpecahan diantara budaya di Indonesia, seharusnya ini bisa menjadi batu loncatan untuk berdampingan dan menutupi kekurangan masing-masing. Bapak Jusuf Kalla pernah ke aceh, beliau ingin menyelesaikan sengketa yang terjadi di aceh, sebelum berangkat beliau berbicara sedikit dengan orang arab, setelah menceritakan tujuannya, orang arab itupun ingin ikut dengan alasan ingin memberitahu kepada orang aceh bahwa anda masih beruntung dari pada kami orang arab, di tanah arab bahasa hanya ada satu, warna kulit hampir sama, agama sama,budaya sama, tapi pecah menjadi 18 negara, kalau di Indonesia ada ratusan bahasa, macam-macam warna kulit dan agama tetapi masih tetap bisa bersatu. Sesungguhnya kita bisa mengambil hikmah yang ada.

Secara umum sikap etnosentris tidak jauh berbeda dengan sikap diskriminasi. Sikap etnosentris seakan-akan memecahkan Indonesia, dan bermunculan kelompok-kelompok rasis. Mereka akan terus memandang kekurangan dari budaya daerah lain, dan membandingkannya dengan budaya mereka sendiri yang telah mereka anggap paling benar.

Akibat dari sikap ini akan menimbulkan sikap tidak enak kepada orang yang berbeda rasnya. selain itu juga menimbulkan masalah yang serius seperti perang antar suku, unjuk rasa penolakan yang berbasis agama dan berbagai macam hal yang cukup membuat pemerintah bingung. Dampak yang sebenarnya belum terlalu tampak pada zaman sekarang akan berkelanjutan jika tidak dikurangi atau diminimalisir. Sikap ini sebenarnya berbahaya bagi kehidupan pribadi maupun ras masing-masing. 

Sebenarnya kita tidak perlu menilai orang atas hal ini, cukup menilai diri apakah kita sudah terhindar dari sikap ini? Indonesia terdiri dari banyak budaya, banyak adat, banyak bahasa, dan tentunya banyak kepribadian dan yakinlah bahwa perbedaan itu memang sulit bersatu, namun bisa berdampingan.

Sumber: 
http://id.wikipedia.org
http://mbahkarno.blogspot.com

#IB

1 komentar:

  1. salam sejahtera, saya mahu bertanyakan soalan, kita tahu kah buku-buku yang berkaitan dengan etnosentrisme ini?

    BalasHapus