Selasa, 28 April 2015

Manusia dan Kasih Sayang (Cerpen)

Asslamualaikum warahmatullahi wabarokatu..
Kali ini, disamping tugas kedua dari mata kuliah “Ilmu Budaya Dasar#”, kita akan sedikit menghayal seputar cerita pendek, bertemakan “Manusia dan Kasih Sayang”. Cerita pendek ini terinspirasi dari sebuah film lama yang penulis lupa judulnya, bahkan sebagian besar ceritanya, namun dari sekitar sedikit cerita itulah cerpen ini tercipta. Let’s reading.

Percaya pada Cinta

Kabut putih lembut bagaikan awan seakan-akan nyaman menjadi karpet pada asrama indah itu. Ya, asrama di Puncak Jawa Barat yang akan dia tempati selama satu bulan untuk mengikuti pelatihan olah raga Anggar. Dia adalah Viana, seorang gadis kelas dua SLPT dari Semarang, Jawa Timur, selama ini dia tinggal bersama ibunya. Gadis berambut pirang kuncir kuda itu adalah salah satu dari puluhan siswa nasional yang ikut pelatihan tersebut. Mereka sampai di asrama pada minggu sore, hingga prepare untuk mengikuti pelatihan awal pada senin pagi.
***
Pelatihan pada senin pagi yang dingin kering tak menjadikan semangat mereka ikut membeku bersama suasana pagi hari penuh kabut itu. Pada latihan kali ini setiap orang ditentukan untuk melawan seorang yang lain dalam sebuah pertarungan. Mereka bertarung dengan menggunakan peralatan Anggar, lengkap dengan tutup wajahnya.  Viana mendapat giliran pertama untuk latihan bertarung melawan Analisa, gadis kelas dua SLTP asal kota Bukittinggi Sumatera Barat. Dalam pertarungan, tanpa sadar Analisa melakukan pelanggaran yang membuat Viana terjatuh, namun pelatih mereka tidak menyadarinya. Respon Viana sebagai gadis yang masih labil dalam emosi menyebabkan dia marah sehingga dia juga menjatuhkan Analisa, mereka berkelahi tanpa teknik dan kontrol emosi, sampai pelatih mereka memisahkan mereka dan bertanya, “apa yang kalian lakukan?” mereka menjawab serentak saling menuduh, “dia curang!”,”dia menjatuhkanku!” namun mereka tetap tidak mengakui kesalahan yang telah mereka lakukan sehingga terjadi adu mulut diantara mereka. Analisa membuka penutup kepalanya sambil membela dirinya, ternyata dia juga seorang gadis berambut pirang pendek. Viana juga membuka penutup kepalanya dan sekilas wajah mereka mirip hanya saja memiliki panjang rambut yang berbeda, sampai-sampai pelatih mereka susah membedakannya. Akhirnya mereka istirahat dan dipisahkan sementara.
***
Viana dan Analisa diberi peringatan karena berkelahi di hari pertama, dan pada akhirnya salah satu dari mereka harus meminta maaf kepada satu yang lain. Viana berniat ingin meminta maaf kepada Analisa, namun ketika dia ingin keluar dari asramanya, tepat dibalik pintu asramanya ada Analisa yang menunggunya di luar. “Maafin aku ya” kata Analisa langsung tanpa basa basi, “Maaf kenapa? Kemaren aku kok yang salah” jawab Viana, “yaudah saling memaafkan aja” sahut Analisa. Analisa pergi tanpa ada percakapan serius antara mereka.
***
Sekian hari di asrama puncak yang dingin itu berlalu dengan cepat, setelah seminggu berjalan terjadi pengacakan asrama, dimana sekarang Viana dan Analisa tanpa sengaja tinggal di kamar yang sama. Tanpa mereka sadari mereka memiliki banyak kesamaan yang membuat mereka melupakan pertengkaran yang terjadi di awal pertemuan mereka. “Kamu suka roti tawar gak?” Analisa mengajak Viana untuk sarapan pagi, “iya boleh, makasih ya” jawab Viana,”kamu suka makan roti juga kalo sarapan?” sambung Viana balik bertanya, Analisa menjawab ”suka banget, apa lagi kalo dioles selai kacang terus ditambah sama …”,”mises coklat” tanpa sengaja mereka serempak menyebutkannya. “kok kita bisa samaan gitu ya?” Tanya Viana, Analisa menjawab, “gak tau, hha, aku juga bingung”, Analisa menyambung “kalau aku sih tiap pagi sarapan ini sama ayah aku”, Viana menjawab “aku juga, sama ibu aku, ibu kamu gimana?” tanya Viana , dengan ekspresi wajah sedikit berubah Analisa menjawab “Ayah sama ibuku udah cerai waktu aku belum ingat apa-apa” , Viana kaget dan berkata “Tunggu sebentar, Ibu sama ayah juga pisah waktu aku baru lahir beberapa bulan”. Percakapan semakin serius hingga mereka berdua diam seribu kata. Viana berlari menuju lemarinya untuk mengambil sesuatu, dia membawa sepotong foto robek yang di dalam foto itu ada seorang bayi yang digendong seorang lelaki, bayi itu adalah Viana. Viana berkata “ini foto ayahku, ibu nyuruh aku buat nyimpan foto ini, supaya aku tau wajah ayah aku”. Analisa tersenyum sembari sedikit meneteskan air mata. Dia mengeluarkan dompet dari kantongnya yang juga berisi secabik foto robek yang di dalam foto itu ada seorang wanita menggendong seorang bayi. Tanpa berkata apa-apa mereka diam, meneteskan air mata, hingga akhirnya berpelukan satu sama lain. Viana berkata dalam isak tangisnya “Maafin aku, kamu kembaranku yang selama ini aku bahkan gak tau siapa namamu”, dalam genangan air mata Analisa menjawab “Kamu sama sepertiku”. Suasana hening haru bercampur bahagia menyelimuti kamar mereka.
***
Hari demi hari mereka jalani bahagia sebagai saudara kembar. Mereka saling bertukan cerita tentang orang tua mereka, sehingga mereka tahu penyebab perpisahan orang tua mereka bukan karena tidak cocok melainkan perbedaan budaya Jawa dengan Minang dan orang-orang disekitar lingkungan mereka yang tidak setuju akan pernikahan mereka karena perbedaan budaya saat itu. Viana dan Analisa merahasiakan kalau mereka adalah saudara kembar dari teman-teman dan pelatihnya, bahkan mereka juga merahasiakan pertemuan mereka kepada orang tua mereka sampai masa asrama telah berjalan dua minggu hingga saatnya mereka pulang ke kampung halaman masing-masing dan untuk segera kembali melanjutkan latihan selama dua minggu lagi pada bulan depan. Sebelum pulang, Viana dan Analisa merencanakan sesuatu. Ya, Viana sangat ingin bertemu dengan ayahnya begitu juga dengan Analisa yang sangat ingin bertemu dengan ibunya. Viana memotong rambutnya sehingga mirip dengan Analisa. Hasilnya luar biasa, hampir tak ada perbedaan antara kedua saudara kembar yang telah lama berpisah itu. Dengan keberanian dan nekat, mereka menjalankan rencananya. Ya, Viana yang tinggal di Surabaya pergi ke bukittinggi, dan Analisa yang tinggal di Bukittinggi pergi ke Surabaya
***
Viana menjalankan kegiatan sehari-harinya sebagai Analisa tanpa memberitahu orang tuanya, begitupun dengan Analisa. Dua hari berjalan sampai sang Ayah bertanya kepada Viana, “Analisa, kamu banyak perubahan abis pulang pelatihan anggar”, dengan ragu Viana menjawab, “iya ayah, tapi aku tetap anak ayah kok”, sang ayah kembali bertanya, “coba cerita deh, apa yang bikin kamu banyak perubahan kayak gini?”, dengan setengah berani Viana menjawab,”aku mau jawab pertanyaan ayah, tapi aku mau nunjukin sesuatu dulu”. Viana mengeluarkan dompet milik Analisa yang ternyata foto yang berisikan sang ayah menggendong bayi. Viana berkata “Ayah ganteng waktu masih muda, dan masih ganteng sampai sekarang”. Sang ayah yang kaget dengan tangan yang berkeringat, mengambil sepotong foto dirinya dan anaknya. Dengan ragu ayahnya bertanya, “Viana?”. Viana tersenyum manis dan memeluk ayahnya kuat sembari berkata “kami bertemu pas pelatihan anggar yah”, ayahnya memeluk balik Viana sambil berkata singkat, “Maaf”
***
Analisa dijemput ibunya di stasiun Surabaya, ibunya sedikit kaget dengan rambut Analisa yang pendek sembari bertanya sambil memuji “siapa yang potongin rambut kamu lis? Kok bagus?”, Analisa menjawab, “saudara aku, ntar deh aku kenalin sama ibu” sambil tersenyum. Ibunya yang menganggap itu sebagai lelucon, hanya tersenyum melihat tingkah laku anaknya sambil membawanya pulang ke rumah yang belum pernah Analisa lihat. Tiga hari berlalu tanpa disadari penuh oleh sang Ibu. Pada saat itu Ibunya sedang memasak di dapur, sementara Analisa ingin keluar rumah lewat pintu dapur. Analisa menarik pintu dapur itu, tapi tak terbuka,Analisa mencobanya berkali-kali tapi tetap tak terbuka. Ibunya sambil tersenyum berkata kepada Analisa, “Kamu kok baru dua minggu di Puncak, udah lupa cara buka pintu? Jangan ditarik, tapi digeser”, Analisa kaget dan mencoba menggeser pintu itu, dan ternyata terbuka. Ibunya bertanya , “Viana, kamu kenapa sih ?”, Analisa menjawab, “Viana ? namanya bagus bu”, ibunya kembali bertanya, “maksud kamu ?”, Analisa menjawab, “Viana itu kan nama saudara kembar aku”. Sang ibu sadar bahwa yang ada di hadapannya adalah Analisa, bukan Viana. Dia menangis tanpa berani melihat ke Analisa, sekali dia melihat ke Analisa, dia bertanya’ “di mana kalian ketemu?”, Analisa menjawab “di Puncak bu”. Sang ibu meninggalkan masakannya menuju Analisa dan memeluknya. Suasana hening seketika sampai sang ibu bertanya, “Mana Vianaku?”
***
Satu bulan berlalu bahagia di dua dareah, satu keluarga itu. Sampai akhirnya masa asrama Anggar tiba. Dengan penuh semangat sang ayah mengantarkan Viana ke Puncak secara pribadi, begitupun dengan sang ibu mengantarkan Analisa ke Puncak. Suasana Puncak yang masih diselimuti kabut semerbak awan mengaburkan pandangan jarak jauh sang Ayah yang melihat seorang wanita dari kejauhan yang juga menatapi dirinya. Viana dan Analisa berlari saling mendekat meninggalkan kedua orang tua mereka kemudian berpelukan.  Sang ayah berjalan pelan namun gagah menuju sang Ibu yang tersenyum bahagia melihat mantan suaminya. Sang ayah mengeluarkan sebuah cincin sembari berkata, “aku lihat keluarga kecil kita bahagia kalau berkumpul bersama, maukah kamu mengembalikannya? Would you be my special one? Again ?”. sang Ibu meneteskan air mata sembari menangis bahagia. Dan saya rasa, pembaca sekalian tahu apa jawaban sang ibu. :)

THE END

Cinta, kasih dan sayang yang mempersatukan keluarga ini
Cinta akan ada hanya untuk cinta
Cinta selalu datang ketika cinta membutuhkan cinta
Penuhilah hatimu yang luas itu dengan cinta, kasih dan sayang, sehingga tak ada tempat untuk rasa dendam, amarah dan benci

#IB

---
Bait sajak terinspirasi dari Zafran film 5 cm, dan kata-kata motivasi Mario Teguh