Asslamualaikum warahmatullahi wabarokatu..
Kali ini, disamping tugas kedua dari mata kuliah “Ilmu
Budaya Dasar#”, kita akan sedikit menghayal seputar cerita pendek, bertemakan
“Manusia dan Kasih Sayang”. Cerita pendek ini terinspirasi dari sebuah film
lama yang penulis lupa judulnya, bahkan sebagian besar ceritanya, namun dari
sekitar sedikit cerita itulah cerpen ini tercipta. Let’s reading.
Percaya pada Cinta
Kabut putih lembut bagaikan awan seakan-akan nyaman menjadi
karpet pada asrama indah itu. Ya, asrama di Puncak Jawa Barat yang akan dia
tempati selama satu bulan untuk mengikuti pelatihan olah raga Anggar. Dia adalah
Viana, seorang gadis kelas dua SLPT dari Semarang, Jawa Timur, selama ini dia tinggal
bersama ibunya. Gadis berambut pirang kuncir kuda itu adalah salah satu dari
puluhan siswa nasional yang ikut pelatihan tersebut. Mereka sampai di asrama
pada minggu sore, hingga prepare
untuk mengikuti pelatihan awal pada senin pagi.
***
Pelatihan pada senin pagi yang dingin kering tak menjadikan
semangat mereka ikut membeku bersama suasana pagi hari penuh kabut itu. Pada latihan
kali ini setiap orang ditentukan untuk melawan seorang yang lain dalam sebuah
pertarungan. Mereka bertarung dengan menggunakan peralatan Anggar, lengkap
dengan tutup wajahnya. Viana mendapat
giliran pertama untuk latihan bertarung melawan Analisa, gadis kelas dua SLTP
asal kota Bukittinggi Sumatera Barat. Dalam pertarungan, tanpa sadar Analisa melakukan
pelanggaran yang membuat Viana terjatuh, namun pelatih mereka tidak
menyadarinya. Respon Viana sebagai gadis yang masih labil dalam emosi menyebabkan
dia marah sehingga dia juga menjatuhkan Analisa, mereka berkelahi tanpa teknik
dan kontrol emosi, sampai pelatih mereka memisahkan mereka dan bertanya, “apa
yang kalian lakukan?” mereka menjawab serentak saling menuduh, “dia curang!”,”dia
menjatuhkanku!” namun mereka tetap tidak mengakui kesalahan yang telah mereka
lakukan sehingga terjadi adu mulut diantara mereka. Analisa membuka penutup
kepalanya sambil membela dirinya, ternyata dia juga seorang gadis berambut
pirang pendek. Viana juga membuka penutup kepalanya dan sekilas wajah mereka
mirip hanya saja memiliki panjang rambut yang berbeda, sampai-sampai pelatih
mereka susah membedakannya. Akhirnya mereka istirahat dan dipisahkan sementara.
***
Viana dan Analisa diberi peringatan karena berkelahi di hari
pertama, dan pada akhirnya salah satu dari mereka harus meminta maaf kepada
satu yang lain. Viana berniat ingin meminta maaf kepada Analisa, namun ketika
dia ingin keluar dari asramanya, tepat dibalik pintu asramanya ada Analisa yang
menunggunya di luar. “Maafin aku ya” kata Analisa langsung tanpa basa basi, “Maaf
kenapa? Kemaren aku kok yang salah” jawab Viana, “yaudah saling memaafkan aja”
sahut Analisa. Analisa pergi tanpa ada percakapan serius antara mereka.
***
Sekian hari di asrama puncak yang dingin itu berlalu dengan
cepat, setelah seminggu berjalan terjadi pengacakan asrama, dimana sekarang Viana
dan Analisa tanpa sengaja tinggal di kamar yang sama. Tanpa mereka sadari
mereka memiliki banyak kesamaan yang membuat mereka melupakan pertengkaran yang
terjadi di awal pertemuan mereka. “Kamu suka roti tawar gak?” Analisa mengajak Viana
untuk sarapan pagi, “iya boleh, makasih ya” jawab Viana,”kamu suka makan roti
juga kalo sarapan?” sambung Viana balik bertanya, Analisa menjawab ”suka
banget, apa lagi kalo dioles selai kacang terus ditambah sama …”,”mises coklat”
tanpa sengaja mereka serempak menyebutkannya. “kok kita bisa samaan gitu ya?” Tanya
Viana, Analisa menjawab, “gak tau, hha, aku juga bingung”, Analisa menyambung “kalau
aku sih tiap pagi sarapan ini sama ayah aku”, Viana menjawab “aku juga, sama
ibu aku, ibu kamu gimana?” tanya Viana , dengan ekspresi wajah sedikit berubah Analisa
menjawab “Ayah sama ibuku udah cerai waktu aku belum ingat apa-apa” , Viana
kaget dan berkata “Tunggu sebentar, Ibu sama ayah juga pisah waktu aku baru
lahir beberapa bulan”. Percakapan semakin serius hingga mereka berdua diam
seribu kata. Viana berlari menuju lemarinya untuk mengambil sesuatu, dia
membawa sepotong foto robek yang di dalam foto itu ada seorang bayi yang
digendong seorang lelaki, bayi itu adalah Viana. Viana berkata “ini foto
ayahku, ibu nyuruh aku buat nyimpan foto ini, supaya aku tau wajah ayah aku”. Analisa
tersenyum sembari sedikit meneteskan air mata. Dia mengeluarkan dompet dari
kantongnya yang juga berisi secabik foto robek yang di dalam foto itu ada
seorang wanita menggendong seorang bayi. Tanpa berkata apa-apa mereka diam,
meneteskan air mata, hingga akhirnya berpelukan satu sama lain. Viana berkata
dalam isak tangisnya “Maafin aku, kamu kembaranku yang selama ini aku bahkan
gak tau siapa namamu”, dalam genangan air mata Analisa menjawab “Kamu sama
sepertiku”. Suasana hening haru bercampur bahagia menyelimuti kamar mereka.
***
Hari demi hari mereka jalani bahagia sebagai saudara kembar.
Mereka saling bertukan cerita tentang orang tua mereka, sehingga mereka tahu
penyebab perpisahan orang tua mereka bukan karena tidak cocok melainkan
perbedaan budaya Jawa dengan Minang dan orang-orang disekitar lingkungan mereka
yang tidak setuju akan pernikahan mereka karena perbedaan budaya saat itu. Viana
dan Analisa merahasiakan kalau mereka adalah saudara kembar dari teman-teman
dan pelatihnya, bahkan mereka juga merahasiakan pertemuan mereka kepada orang
tua mereka sampai masa asrama telah berjalan dua minggu hingga saatnya mereka
pulang ke kampung halaman masing-masing dan untuk segera kembali melanjutkan
latihan selama dua minggu lagi pada bulan depan. Sebelum pulang, Viana dan Analisa
merencanakan sesuatu. Ya, Viana sangat ingin bertemu dengan ayahnya begitu juga
dengan Analisa yang sangat ingin bertemu dengan ibunya. Viana memotong
rambutnya sehingga mirip dengan Analisa. Hasilnya luar biasa, hampir tak ada
perbedaan antara kedua saudara kembar yang telah lama berpisah itu. Dengan keberanian
dan nekat, mereka menjalankan rencananya. Ya, Viana yang tinggal di Surabaya pergi
ke bukittinggi, dan Analisa yang tinggal di Bukittinggi pergi ke Surabaya
***
Viana menjalankan kegiatan sehari-harinya sebagai Analisa
tanpa memberitahu orang tuanya, begitupun dengan Analisa. Dua hari berjalan
sampai sang Ayah bertanya kepada Viana, “Analisa, kamu banyak perubahan abis
pulang pelatihan anggar”, dengan ragu Viana menjawab, “iya ayah, tapi aku tetap
anak ayah kok”, sang ayah kembali bertanya, “coba cerita deh, apa yang bikin
kamu banyak perubahan kayak gini?”, dengan setengah berani Viana menjawab,”aku
mau jawab pertanyaan ayah, tapi aku mau nunjukin sesuatu dulu”. Viana
mengeluarkan dompet milik Analisa yang ternyata foto yang berisikan sang ayah
menggendong bayi. Viana berkata “Ayah ganteng waktu masih muda, dan masih
ganteng sampai sekarang”. Sang ayah yang kaget dengan tangan yang berkeringat,
mengambil sepotong foto dirinya dan anaknya. Dengan ragu ayahnya bertanya, “Viana?”.
Viana tersenyum manis dan memeluk ayahnya kuat sembari berkata “kami bertemu
pas pelatihan anggar yah”, ayahnya memeluk balik Viana sambil berkata singkat, “Maaf”
***
Analisa dijemput ibunya di stasiun Surabaya, ibunya sedikit
kaget dengan rambut Analisa yang pendek sembari bertanya sambil memuji “siapa
yang potongin rambut kamu lis? Kok bagus?”, Analisa menjawab, “saudara aku,
ntar deh aku kenalin sama ibu” sambil tersenyum. Ibunya yang menganggap itu
sebagai lelucon, hanya tersenyum melihat tingkah laku anaknya sambil membawanya
pulang ke rumah yang belum pernah Analisa lihat. Tiga hari berlalu tanpa disadari
penuh oleh sang Ibu. Pada saat itu Ibunya sedang memasak di dapur, sementara Analisa
ingin keluar rumah lewat pintu dapur. Analisa menarik pintu dapur itu, tapi tak
terbuka,Analisa mencobanya berkali-kali tapi tetap tak terbuka. Ibunya sambil
tersenyum berkata kepada Analisa, “Kamu kok baru dua minggu di Puncak, udah
lupa cara buka pintu? Jangan ditarik, tapi digeser”, Analisa kaget dan mencoba
menggeser pintu itu, dan ternyata terbuka. Ibunya bertanya , “Viana, kamu
kenapa sih ?”, Analisa menjawab, “Viana ? namanya bagus bu”, ibunya kembali
bertanya, “maksud kamu ?”, Analisa menjawab, “Viana itu kan nama saudara kembar
aku”. Sang ibu sadar bahwa yang ada di hadapannya adalah Analisa, bukan Viana. Dia
menangis tanpa berani melihat ke Analisa, sekali dia melihat ke Analisa, dia
bertanya’ “di mana kalian ketemu?”, Analisa menjawab “di Puncak bu”. Sang ibu
meninggalkan masakannya menuju Analisa dan memeluknya. Suasana hening seketika
sampai sang ibu bertanya, “Mana Vianaku?”
***
Satu bulan berlalu bahagia di dua
dareah, satu keluarga itu. Sampai akhirnya masa asrama Anggar tiba. Dengan penuh
semangat sang ayah mengantarkan Viana ke Puncak secara pribadi, begitupun
dengan sang ibu mengantarkan Analisa ke Puncak. Suasana Puncak yang masih
diselimuti kabut semerbak awan mengaburkan pandangan jarak jauh sang Ayah yang
melihat seorang wanita dari kejauhan yang juga menatapi dirinya. Viana dan Analisa
berlari saling mendekat meninggalkan kedua orang tua mereka kemudian berpelukan.
Sang ayah berjalan pelan namun gagah
menuju sang Ibu yang tersenyum bahagia melihat mantan suaminya. Sang ayah
mengeluarkan sebuah cincin sembari berkata, “aku lihat keluarga kecil kita
bahagia kalau berkumpul bersama, maukah kamu mengembalikannya? Would you be my special
one? Again ?”. sang Ibu meneteskan air mata sembari menangis bahagia. Dan saya
rasa, pembaca sekalian tahu apa jawaban sang ibu. :)
THE END
Cinta, kasih dan sayang yang mempersatukan keluarga ini
Cinta akan ada hanya untuk cinta
Cinta selalu datang ketika cinta membutuhkan cinta
Penuhilah hatimu yang luas itu dengan cinta, kasih dan sayang,
sehingga tak ada tempat untuk rasa dendam, amarah dan benci
#IB
---
---
Bait sajak terinspirasi dari Zafran film 5 cm, dan kata-kata motivasi Mario Teguh